Tuesday, June 8, 2010

Makanan Dayak


Sebagai sebuah suku yang memiliki sumber daya alam yang melimpah masyarakat Dayak dalam mengolah makanan sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang tersedia di sekitar hutan. Sehingga jangan banyak berharap bahwa makanan dayak sama dengan makanan-makanan di kota dimana bahan-bahannya bervariasi namun memiliki banyak kandungan kimiawinya. Sementara makanan dayak yang asli tidak banyak bervariasi karena hal ini tergantung dengan ketersediaan bahan-bahan makanan yang ada di sekitar hutan. Namun setelah masuknya peralatan-peratan masak dan masuknya bahan-bahan masak modern masakan Dayak semakin bervariasi.  Beberapa masakan Dayak tradisional yang masih menggunakan bahan tradisional seperti: sayur rotan muda (juhu singkah), juhu kujang ( gulai keladi), tampuyak (daging durian yang di awetkan dengan garam).  Jenis masakan tradisional dayak adalah tanak yaitu jenis masakan yang terdiri dari ikan atau daging direbus dengan air sedikit diberi rempah-rempah. Kohok  adalah jenis masakan dari ikan kecil berduri sedikit yang dimasak dalam bambu, pundang adalah ikan yang diawetkan dengan garam ketika mau dikonsumsi dimasak dengan cara dibakar. 
Bahan utama makanan tradisional Dayak adalah nasi (bari), ikan (lauk) dan sup sayur (juhu).  Nasi dimasak secara khusus untuk keperluan upacara seperti pesta tugal (pesta panen).  Beras yang dimasak adalah beras yang baru dipanen, nasi dimasak pada panci di atas sokongan batu yang dibakar di api untuk upacara.  Ada 3 buah batu: dua yang besar satu yang kecil.  Dua batu besar berdiri pada sisi perapian dan menyokong panci, batu kecil bersandar pada salah satu batu besar dan padanya diletakkan sebuah kawit (tempat makanan bagi roh yang baik terbuat dari daun pisang berlapis enam yang digulung dan diikat dengan serat tanaman yang tidak diputar tapi hanya saling diselipkan kedua ujungnya, gulungan itu  berisi telur, ikan dan nasi).  Untuk menangkal roh-roh jahat di atas batu kecil itu juga disandarkan sebatang bambu bertiras berisi minuman. 
Makanan untuk perjamuan pesta disiapkan secara khusus bagi kaum lelaki tua yang berani berupa beras dilipat dalam daun pisang, dijadikan delapan bungkusan panjang yang datar digulung dan dimasak.  Delapan buah gulungan itu diikatkan dengan tali lalu diberikan kepada orang yang berhak memakannya.
Peralatan makan kuno orang dayak juga sangat sederhana sendok untuk mengambil makanan  terbuat dari labu kecil atau senduk bangu (senduk yang terbuat dari tempurung kelapa).  Sedangkan cara makan orang dayak dengan menggunakan tangan, untuk makan yang berkuah (juhu) setelah nasi habis sisa kuah tersebut diseruput langsung dari piringnya.
Peralatan makan modern saat ini juga sudah banyak digunakan oleh orang-orang dayak terutama di perkotaan.
Dalam budaya Dayak ada beberapa jenis hewan yang pantang untuk dimakan yaitu rusa, monyet, ular, dan burung tingang, karena menurut orang dayak roh orang yang meninggal masih tinggal di bumi dan mungkin sekali pindah ke binatang-binatang tersebut.  Jenis-jenis burung dan ular berkepala merah yang khusus memberi pertanda dari dewa bagi mereka tidak pernah dimakan dan tidak boleh dibunuh oleh pihak lainpun.
Orang dayak juga mengenal makanan sejati bagi para dewa dan roh yaitu Ayam, babi dan telur.  Pada upacara yang sederhana babi kecil yang muda dan anak-anak ayam khusus dibunuh untuk para dewa dan roh.  Binatang yang lebih besar digunakan untuk pesta besar seperti pesta tugal (panen).  Terkecuali anak ayam, makanan yang diberikan untuk persembahan hanya sedikit diletakkan dalam kawit berupa sepotong daging, ikan, ayam, jagung atau nasi. 

Perlengkapan makanan dan peralatan upacara pemberian nama bayi 
bentuk nasi ketan disajikan dalam bentuk tumpeng sudah dipengaruhi budaya jawa
sesaji untuk upacara tiwah melambangkan alam atas



cara makan orang dayak sudah modern menggunakan sendok gelas dan piring dari kaca dan plastik
memasak nasi ketan (pulut) dalam bambu

sesajen berupa kawit dan telur untuk roh yang baik